Batik: Kain Indah Bercerita
Huftt…
Huftt…
Tiupan yang entah berapa kali dihembuskan pembatik saat hendak menggoreskan malam. Bukan, ini bukan sedang berpuitis. Malam adalah cairan yang terbuat dari parafin, getah pohon pinus, dan lemak baik dari hewani maupun nabati. Pasti Anda pernah kan melihat seorang pembatik menggambar kain putih dengan cairan gelap seperti gula merah? Itu dia yang disebut malam.
Berbicara mengenai batik umum dikaitkan dengan kain yang selalu memberikan kesan elegan dan cocok dipadukan dengan beragam jenis pakaian, tak heran jika lembaran kain ini punya penggemarnya sendiri. Bakpiaku mencoba membedakan batik antara Solo dan Yogyakarta, faktanya kedua jenis batik ini ternyata punya cirinya tersendiri. Mengapa Bakpiaku membedakan antara Solo dan Jogja? Bukan dengan Semarang atau Surabaya? Sebab kedua wilayah ini memanglah pecahan dari Mataram Islam, baik Solo dan Yogyakarta memiliki acuan leluhur yang sama.
Ciri Khas Batik Jogja
Baik, mari kita mulai membicarakan ciri khas batik Yogyakarta. Pertama, batik Jogja memiliki warna yang cenderung lebih gelap antara cokelat tua-hitam dan putih untuk dasarannya. Kedua, sumber-sumber dari motif Jogja mengacu pada alam seperti pantai, gunung, flora serta fauna meski banyak juga motif yang dipengaruhi oleh keraton seperti motif parang yang hanya dapat digunakan oleh raja dan kini berkembang sangat pesat. Ketiga, batik Jogja digambar dari kanan atas ke kiri bawah dan ukuran motif yang cenderung besar serta tegas.
Apa yang Anda pikirkan saat membaca ciri batik khas Jogja di atas? Apakah Anda mulai melakukan cocoklogi dengan sesuatu yang ada di Kota Istimewa ini? Nah, mari bersama Bakpiaku dalam lakukan sedikit pencocokan ini. Kita akan mulai dari pewarnaannya yang cokelat tua dan cenderung kehitaman, coba pikirkan objek apa yang cenderung berwarna demikian. Jika jawaban Anda tanah, selamat sudah lolos dalam sesi cocoklogi tahap pertama. Benar, Yogyakarta terdiri dari wilayah yang umumnya diselimuti bidang pertanian, masyarakatnya pun selalu terhubung dengan tanah.
Kedua, coba Anda pikirkan mengapa batik gaya Yogyakarta punya motif yang cenderung berukuran besar? Jika Anda menjawabnya dengan alasan keberanian dan kekuatan, artinya Anda sudah punya cukup pengetahuan untuk bisa berkunjung dan mengenal Jogja lebih dalam. Entah mengenal ratusan motif batik, mempelajari masing-masing peruntukkan motif parang di Kraton, atau mencari tahu siapa pembatik terkenal di Jogja.
Pembatik Yogyakarta
Mengenai siapa pembatik terkenal di Yogyakarta sebenarnya cukup banyak, mulai yang dari latar belakang seni lukis yang menuangkan coretan cat pada kain, abdi dalem, atau memang sosok yang mendalami batik sejak belia dengan ciri khasnya masing-masing. Sebab contohnya saja pembatik yang sifatnya perseorangan dengan pembatik di Kraton, maupun komunitas memiliki pesonanya sendiri dengan masing-masing pakem dan kreatifitasnya.
Lek Iwon
Ada Lek Iwon yang sudah menekuni batik sejak kelas 5 SD, seorang pembatik yang karyanya sempat dipesan oleh Raja Belanda. Karyanya yang memadukan motif parang, truntum, ukel, dan kawung terkenal berkat pesanan dari Negara Kincir Angin di Eropa tersebut.
Bayu Aria Widhi Kristanto
Bayu Aria Widhi Kristanto adalah sosok seniman batik asal Lampung yang merupakan lulusan ISI Yogyakarta. Menekuni batik hingga membuka usaha dengan nama hotwaxstudio sebagai media belajar dan menuangkan ide kreatifnya bersama dengan batik kontemporer.
Sekali lagi, Bakpiaku menegaskan bahwa masih banyak pembatik lainnya yang juga memiliki karya-karya mengesankan. Tentu saja sebagai penghasil batik, ada banyak nama yang berkontribusi pada pelestarian budaya serta tradisi membuat kain bermotif ini. Meski begitu, Anda dapat berkunjung ke banyak titik bila ingin melihat motif apa yang cocok seperti misalnya Museum Batik Yogyakarta atau galeri-galeri pameran yang memajang kain bernilai ini dan menelisik pembuatnya. Menantang kan?
Ingin Membuat Batik Sendiri?
Bakpia berkeliling menjelajah mengenai “di mana tempat kita bisa membuat batik sendiri?”. Hmm.. sebenarnya bila ingin membuat batik dengan panjang hingga kurang lebih 2 meter, sebagai pemula Anda kemungkinan besar akan meninggalkan proyek besar tersebut dan memilih membelinya saja. Sebab, pembuatannya yang rumit khususnya saat pewarnaan, dengan catatan pewarna yang Anda gunakan alami, bila menggunakan yang buatan memang satu kali celup seluruh permukaan kain akan terwarnai dengan baik. Perlu diingat, ini belum termasuk proses pelepasan malam satu persatu sesuai warna.
Jadi, saran Bakpiaku Anda bisa mengikuti terlebih dulu workshop kecil-kecilan pada sekotak kain yang bisa digambar sesuka hati. Selain mengurangi risiko alat dan bahan yang terbuang bila Anda ingin membelinya sekaligus, sembari Anda meyakinkan diri “yakin akan membuat kain besar ini sendiri atau tidak?”.
Beberapa tempat membuka workshop ini setiap hari tanpa reservasi atau menunggu jadwalnya membuka kelas. Seperti Museum Sonobudoyo Yogyakarta dan Museum Batik Yogyakarta. Meskipun hanya di atas kain kecil, perhatikan panasnya lilin atau malam agar tidak tumpah atau melukai kulit Anda, terlebih bila Anda mengajak Si Kecil yang aktif.
Walau karya yang Anda lukiskan di selembar potongan kain yang berukuran seperti sapu tangan atau lebih besar, pengalaman tersebut turut mewakili bagaimana kain ini menjadi megah tanpa bercerita. Batik adalah objek statis namun memiliki banyak kesan dramatis hingga magis bagi pembuat, pemilik, hingga penggunanya. Apakah Anda merasa memiliki ikatan tersendiri dengan kain batik yang Anda miliki? Sedekat apa hubungan tersebut? Mari berbagi cerita bersama!